patuarian ne laikit dimembe wia jakarta
 
  HOME
  RIWAYAT PATUARIAN NE LAIKIT DIMEMBE
  ASAL USUL TONSEA
  SEJARAH LAIKIT DIMEMBE
  INFO DAN PALAKAT
  ISI BUKU TAMU
  Foto 1
  Foto 2
  Foto 3
  DATA KEL.LAIKIT DIMEMBE DI JAKARTA
  HUBUNGI KAMI
  DATA PERKUMPULAN TONSEA DI jabodetabek
  PALAKAT PAIMPULUAN NE TONSEA
  DENAH DESA LAIKIT. dimana dang tu rumah?
  JARINGAN INFORMASI
  NYANDA KENAL... SO LUPA STOW... KANENTAU.?!!
  MUSIK DAN VIDEO MAKATANA
  SEKOLAH SD SMP SMA SWASTA DI MINAHASA UTARA
  SURVEY MEMBUKTIKAN
  WANUATA
  kondisi alam DIMEMBE
  foto PLD
INFO DAN PALAKAT
BERIKAN INFORMASI TENTANG TONSEA UMUMNYA DAN LAIKIT DIMEMBE KHUSUSNYA
Bupati SOMPIE di PNT
Syane copy dari SUlutlink on 09/26/2008 at 6:18pm (UTC)
 Plt Bupati Diingatkan Lakukan Perubahan di Tonsea

Paimpuluan Ne Tonsea Jakarta Dukung Sompie Singal

Laporan: Budi H Rarumangkay


MANADO, Sulutlink. Dukungan terhadap Plt Bupati Minut Drs Sompie Singal terus berdatangan. Kali ini datang dari PAIMPULUAN NE TONSEA (PNT) se Jabodetabek yang akan melaksanakan Musyawarah Keluarga Besar (MKB) ke II pada 3 Mei 2008 mendatang. Bahkan dukungan tersebut seperti dalam press release PNT yang diterima sulutlink Kamis (24/04), disampaikan langsung pada Sompie usai menerima SK Plt dari Mendagri dalam pertemuan singkat di Resto Solaria Gedung Sudirman Plaza pukul 16.30 Wib, Jumat (18/04), sebelum Plt Bupati bertolak balik ke Manado.


Dalam pertemuan itu seperti disampaikan Theresia Rooroh Paruntu yang juga sebagai Ketua Panitia Pelaksana Musyawarah Keluarga Besar (MKB) ke II Paimpunan Ne Tonsea se Jabodetabek, banyak hal yang bicarakan, selain menyangkut permasalahan penciptaan lapangan kerja, seperti; pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebagai Perawat dan bagi kaum prianya pada sektor Energi dan Maritim di berbagai negara yang membutuhkan, namun juga perhatian serius pada sektor Pendidikan dan Kesehatan terutama kepada anak-anak putus sekolah, anak-anak berprestasi namun kurang dana penunjang untuk kelanjutan sekolah, dengan tidak melupakan program “Penghijauan”, di negeri Tonsea.


Bahkan ungkap Isye demikian Rooroh-Paruntu biasa disapa, dalam pertemuan penuh kekeluargaan itu, diutarakan Plt Bupati sangat ingin memajukan kebudayaan dan kesenian Minut khususnya bagi etnis Tonsea. Hal itu ditekankan sebab sekarang ini, hanya ada beberapa kampong di Tonsea yang masyarakatnya masih menggunakan secara fasih Bahasa Daerah Tonsea, seperti desa Tumaluntung, desa Laikit, desa Lembean, desa Paslaten, desa Matungkas. Pada desa-desa yang lain, hanya tinggal generasi tua mereka yang masih menggunakan bahasa Daerah Tonsea. Ini perlu dibangkitkan kembali. Selian itu, Internet system perlu digalakan sehingga global informasi dapat diketahui oleh para generasi muda di Tonsea.


Karenanya disepakati agar Tou Tonsea se dunia untuk mulai memberikan “perhatian”, bahkan akan lebih baik dapat memberikan “sumbangsih” baik itu berupa materi atau dukungan moril, terhadap peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat Minahasa, khususnya yang berada di Kabupaten Minahasa Utara. Hal ini juga tambah Isye menjadi perhatian Ketua Umum PNT Ibu Linda Lubis Sundah pada tanggal 14 April 2008 lalu dengan gerakan mendonasi buku-buku sekolah langsung ke daerah Tonsea, dimana salah satu program PNT adalah mendukung dan memperhatikan pendidikan anak-anak di Tonsea.



“Perhatian Plt Bupati Somoie Singal terhadap aspirasi warga Tonsea perantauan sangat baik. Dia mau mendengarkan masukan dari kami. Pertemuan singkat ini memberikan arti tersendiri bagi PNT Jakarta, mengingat bahwa harapan-harapan yang sudah diutarakan kepada Sompie Singal mendapat tanggapan serius, sehingga apapun program kerja yang dicanangkan nanti pada Musyawarah Keluarga Besar (MKB) Paimpuluan Ne Tonsea, akan menjadi bagian perhatian dari beliau,”kata Isye, Boy Sompotan dan Boy Rondonuwu.



Selain itu disampaikan., berkaitan dengan jelang berakhirnya masa bakti Pengurus PAIMPULUAN NE TONSEA 2003-2008, Progress Kerja Pengurus masih tetap berlangsung. Ketua Umum ibu Linda Lubis Sundah masih terus bekerja bersama-sama dengan anggota Badan Pengurus lainnya melanjutkan kegiatan sosial, yaitu:Pembagian buku kepada donasi buku-buku langsung kepada sekolah di daerah Tonsea (tgl 14 April 2008) – team Linda Lubis Sundah, Jemima Syukur Lontoh, Daniel Wullur berangkat ke Manado. Dengan misi memberi pencerahan dan masukkan ilmu yang bersifat pengetahuan praktis, ilmu terapan modern yang dapat digunakan setiap saat dan dapat memberikan pengajaran praktikal kepada siapa saja, khususnya kepada anak2 didik dan para guru yang nantinya dapat diperluas kepada masyarakat Tonsea, mencerdaskan anak didik di lingkungan Tonsea dengan program pemberian bantuan berupa buku-buku Pendidikan bagi setiap siswa yang ada di tingkat SD, SMP dan SMA. Serta, kunjungan Kasih kepada anak-anak di Panti Asuhan Tuna Ganda pada Rabu, 23 April 2008.



lebih lanjut Isye mengatakan, Kerukunan pasti akan terpelihara saat kita mau melihat dari dua sisi, yaitu, ketika ada kebaikan, mari kita nikmati bersama, ketika ada kesulitan, setiap kritik dan pesan demi kebaikan seharusnya diterima dengan lapang dada. Dan bukan meninggalkan hal-hal yang tidak tuntas sehingga membuat bekas yang sangat tidak enak.



“Jadilah warga TONSEA yang punya tanggung jawab, berani menanggung resiko dan tetap berada pada jalan yang benar,”kata Isye Ketua Panitia Pelaksana MKB ke II dan Sekertaris Perly Rotinsulu

Berikut susunan panitia kerja 2008 MKB ke II Paimpuluan Ne Tonsea se Jabodetabek:



Penasehat:

Timbul Thomas Lubis

Frits B Wullur

Cornelia Vega Moningka



Panitia Pengarah;

Linda Lubis Sundah

Rudolf Rondonuwu

Obert Awuy

Jerry Logahan

Pieter Pongoh

Boy RS Sompotan

Arthur Rumimpunu



Panitia Pelaksana;

Ketua : Theresia Rooroh Paruntu

Sekertaris: Perly Rotinsulu

Bendahara; Frans Runtunuwu

Debby Waturandang

Daniel Wullur



Seksi Persidangan:

Felix Luntungan

Djemmy Mokolensang

Leonni Lolong

Ferdinando Walangare

Arnold T Bolung

Petra Dondokambay

Flip Tombokan

Revol Wenas

Willy Worotikan

Adrie Rumamoek

Heintje Wagiu



Seksi Penerima Tamu/Kunsomsi:

Helly Kusno Wenas

Pauline Warganegara Karundeng

Syuul Thomas Nasution

Berty Sigarlaki

Kelly Mailoor

Jemima Syukur Lontoh



Keamanan Kesehatan:

Letkol AD Robby Pangau

Hanny Manoppo

Piet Assa

dr Oddy Pangerapan

Ekky Kapoyos

Alex Sasela

Julius Pinontoan



Informasi Dokumentasi:

Niko Karundeng

Pieter kopero Pongoh
Heinrich Warouw-Watupongoh



Perlengkapan Logistik:

Ruddy Gerungan

John Rondonuwu
 

LAIKIT DIMEMBE LUNAS PAJAK
Syane on 09/26/2008 at 5:55pm (UTC)
 AIRMADIDI (17/7/2008): Camat Dimembe Edwin Ombu S.Sos, MSi, menegaskan hingga posisi bulan Juli ini, tercatat
tiga Desa lunas PBB (pajak Bumi Bangunan) 2008.
Ketiga Desa tersebut adalah Desa Tatelu, Tatelu Rondor dan Laikit. Sebagai bentuk penghargaan bagi Hukum Tua yang
PBB-nya capai 100% sebelum jatuh tempoh bulan September nanti, mereka mendapat sertifikat penghargaan atas kerja
kerasnya. Sementara ada beberapa Desa capaian PBB mendekati 99% persen, seperti Desa Klabat, Warukapas dan
Desa Pinili.
Namun demikian, masih juga ada beberapa desa capaiannya memprihatinkan, sebab masih dibawah 50%. Diantaranya
Desa Matungkas.”Benar Desa Matungkas capaian PBB 2008 hingga posisi Juli, berada dibawah 50%,”
jelas Ombu yang disebut-sebut kandidat kuat menduduki jabatan Kabag Humas dan Protokoler saat penerapan PP
Nomor 41 nanti. Sebab Kabag Humas sekarang Ronny Siwi bakal dipromosi menduduki jabatan Kepala Dinas Perikanan
dan Kelautan.
Ombu berharap bagi Desa-desa yang PBB-nya masih seret, untuk terus meningkatkan kinerja. Tetapi ia yakin sebelum
jatuh tempoh, khusus Kecamatan Dimembe capaian PBB bisa 100%.”Jika mendapat dukungan semua lapisan
masyarakat, saya optimis, Kecamatan Dimembe bakal 100% capaian PBB-nya,” jelas pria dikenal akrab dengan
kalangan pers.(
 

Kejadian
Syane on 09/26/2008 at 5:53pm (UTC)
 Buka Kolam, Ibrahim Tewas Tenggelam
(Aug 11, 2008 at 09:02 AM) - Contributed by Zakiah Posko - Last Updated (Aug 11, 2008 at 09:09 AM)
DIMEMBE (10/8/2008): Bermaksud buka kolam, justru dijemput ajal. Nasib inilah dialami pria beristri asal Desa Laikit
Kecamatan Dimembe, Minut Ibrahim Wantania (72). Korban meregang nyawa akibat tenggelam di kolam miliknya.
Sumber-sumber resmi menyebutkan, peristiwa cukup mengemparkan warga Laikit dan sekitarnya, terjadi Jumat (8/8)
sekitar pukul 18.30 wita di kolam milik korban di perkebunan Desa Laikit. Menurut penuturan istri korban Yuliana Wullur
(59), sore itu ia dan korban dari rumah menuju kebun dengan tujuan membuka kolam. Setibanya di kebun, korban
membuka kolam, selanjutnya istrinya menuju ke pondok untuk memasak ikan yang baru di tangkap. Sedangkan korban
terus memisahkan ikan dalam kolam.
30 menit kemudian, Yuliana memanggil Ibrahim, sayangnya tidak dijawaban. Karena takut terjadi sesuatu terhadap
suaminya, sang istri kembali ke kolam. Dan betapa terkejutnya wanita berumur setengah abad itu melihat korban sudah
tidak bernyawa di dalam kolam.
Selanjutnya Yuliana berteriak minta tolong. Hanya hitungan menit warga sekitar berjubel di tempat kejadian.
Selanjutnya saksi Pilus Tangka (55), Petrus Koloay (43) bersama warga sekitar mengankat mayat korban. kemudian
melaporkan ke Polsek Dimembe. Atas permintaan keluarga mayat korban tidak dibawa ke rumah sakit.
Kapolres Minahasa Utara AKBP Drs Bambang Yugisworo dikonfirmasi melalui Kapolsek Dimembe AKP Dikson
Kastilong didampingi Kanit Reskrim Aiptu Amri Mokodompit membenarkan sudah terima laporannya.(7
 

ORANG LAIKIT MENGAWALI TAHUN
syane on 09/26/2008 at 5:49pm (UTC)
 ORANG KRISTEN SUKU MENGAWALI TAHUN BARU DENGAN KEBIASAAN UNIK MELIHAT APA YANG AKAN TERJADI


DIMEMBE, Sulawesi Utara (UCAN) -- Dalam sebuah tradisi yang telah berusia lebih dari 200 tahun, penduduk sebuah desa Kristen berterima kasih kepada Tuhan untuk tahun yang silam dan meminta bimbingan untuk tahun baru, dan tua-tua kampung menggunakan hati babi untuk melihat apa yang akan terjadi di tahun mendatang.

Laikit adalah desa Kristen dengan jumlah penduduk 4.000 jiwa, 70 persen di antaranya beragama Katolik dan sisanya Protestan. Mereka percaya kepada satu Opo Wananatas (Allah Yang Maha Tinggi), namun menghormati berbagai opo, atau orang yang memiliki kekuatan gaib, termasuk leluhur yang mereka hormati.

Desa itu berada di Dimembe, timur Manado, ibu kota Propinsi Sulawesi Utara.

Desa Laikit didirikan tahun 1775 oleh Opo Ngangi. Sejak itu, upacara ritual dengan nama sumerahwanua dalam Bahasa Tonsea (dialek lokal) yang berarti bersih kampung, diadakan setiap tahun pada Jumat pertama tahun itu, kecuali kalau terjadi kematian di hari itu. Kalau demikian, ritus itu ditunda satu minggu kemudian. Tahun ini kematian membuat ritus itu diundur hingga 26 Januari.

Di depan ratusan penduduk, kepala desa Jantje Manua, seorang Katolik, memulai sumerahwanua 2007. Ritus itu menampilkan 10 tona’as (tua-tua kampung), tiga di antaranya wanita, semua memakai kemeja warna merah dan celana panjang berwarna hitam.

Tona’as Paul Ngangi, seorang Protestan, mengingatkan masyarakat bahwa ritus itu untuk berterima kasih kepada Allah atas perhatian dan perlindungan-Nya selama tahun yang lalu, serta meminta maaf atas dosa-dosa masyarakat selama tahun itu dan minta bimbingan Tuhan untuk tahun yang baru.

Setelah pemimpin Katolik dan Protestan memimpin warga desa untuk berdoa, tona’as lalu menyembelih seekor babi, mengeluarkan hatinya dan meletakkannya di atas piring berwarna putih. Daging babi lalu mereka serahkan kepada juru masak untuk acara makan bersama.

Secara bergilir, para tona’as membacakan dengan keras dalam bahasa Tonsea tanda-tanda yang tertulis dalam guratan dan warna-warni di hati babi itu, sementara orang-orang menonton dan menunggu untuk mendengar ramalan untuk tahun 2007 dari para tona’as itu.

Hampir 90 persen masyarakat Laikit berbicara Bahasa Tonsea, namun pemimpin setempat termasuk Onesimus Rarun, ketua Dewan Pastoral Paroki St. Yohanes Penginjil, menerjemahkan pesan-pesan tona’as itu ke dalam Bahasa Indonesia.

Ketika para tona’as itu selesai menyampaikan pesan yang mereka baca, satu dari mereka, Sam Ngangi, beragama Katolik, meringkas semuanya dalam Bahasa Tonsea: "Masyarakat Laikit harus waspada karena tahun 2007 ini akan banyak terjadi malapetaka.” Ia juga mendesak masyarakat untuk tekun berdoa.

Sam Ngangi mengatakan kepada UCA News 5 Februari, “hanya tona’as yang memiliki kemampuan membedakan mana guratan yang biasa dan mana guratan yang mengandung arti yang juga dilambangkan dengan berbagai warna -- hitam, merah dan hijau.” Warna hitam menyimbolkan malapetaka, katanya, seraya menegaskan kembali bahwa hanya tona’as yang bisa membaca guratan itu.

“Opo Ngangi menggunakan babi, bukan binatang lain, dan para tona’as hanya meneruskan itu, mungkin karena babi itu adalah ternak kesukaan orang Kristen,” jelas pria itu. “Babi itu jinak dan selalu berada di sekitar pemiliknya. Babi itu istimewa bagi orang Laikit – tidak ada pesta tanpa makan daging babi di sana.”

Warga desa termasuk umat Katolik percaya dengan tanda-tanda itu, kata Rarun kepada UCA News, seraya menambahkan, “kebiasaan ini sudah dimulai sejak tahun 1775 saat Desa Laikit berdiri, dan apa yang diungkapkan para tona’as itu banyak terbukti dalam kenyataan.”

Selama sembilan tahun sebagai kepala Desa Laikit dan pemimpin adat, lanjutnya, “seperti diramalkan, desa itu tidak mengalami malapetaka.” Ia menjelaskan, tidak ada warga desa yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas dan tidak ada gagal panen.

Pastor Paulus Salabia, pastor pembantu Paroki St. Yohanes Penginjil Laikit, mengatakan kepada UCA News 28 Januari, di tahun 1960-an ada seorang pastor yang selalu menghadiri sumerahwanua sebagai seorang pemuka agama yang diundang, namun sekarang hanya tokoh awam yang hadir.

Ritual itu adalah bagian dari tradisi kebudayaan, bukan bagian dari liturgi, sehingga pemimpin awam bisa membawakan doa dalam upacara itu, jelasnya. “Jadi tidak mutlak pastor harus menghadiri dalam acara itu,” lanjut imam itu, karena kehadiran atau ketidakhadiran pastor tidak berpengaruh pada upacara itu.

Gereja tidak melarang ritual itu karena Gereja menganggap ritual itu “merupakan kekayaan budaya lokal yang dapat menyatukan umat dari berbagai agama,” kata imam itu. Hal yang paling penting, menurutnya, adalah “mereka tidak menjadikan ritual itu sebagai agama baru.” Penduduk setempat, lanjutnya, tidak melakukan hal itu.

Setelah membaca tanda-tanda yang tersurat pada hati babi, para tona’as, kepala desa, dan tua-tua kampung berziarah ke waruga (kuburan tua terbuat dari batu) dari Opo Ngangi. Mereka membawa sepiring sirih pinang, tembakau dan sebotol captikus (minuman alkohol tradisional) yang disajikan sebagai tanda penghormatan.

Di waruga, mereka minta kepada leluhur mereka agar menyelamatkan kehidupan warga desa. Setelah itu mereka melanjutkan ziarah ke perbatasan desa dan berdoa agar berbagai malapetaka dari desa lain tidak menimpa masyarakat Laikit.

Upacara berakhir pada siang hari dengan makan siang bersama. Semua tona’as, pemuka agama dan warga desa lain memakan nasi dan daging babi dan makanan lain di daun pisang dengan tangan mereka. Mereka minum saguer (minuman alkohol tradisional yang tidak sekeras captikus), atau air biasa dengan menggunakan soke, sejenis gelas yang dibuat dari bambu.

Warga desa kemudian pulang ke rumah, juga Sompie Singal, wakil bupati Minahasa Utara, yang mencakup Laikit. “Kehadiran saya mengikuti acara itu merupakan wujud penegasan bahwa pemerintah berkewajiban melestarikan budaya lokal.”

-END-



IS01892.526b 21 Februari 2007 85 baris (829 kata)

Berita dari UCA News (Union of Catholic Asian News)
 

BERITA DUKA (ALM.BAPAK HENDRIK TINTINGON)
sekretaris on 08/23/2008 at 8:31pm (UTC)
 BERITA DUKA (alm.HENDRIK TINTINGON)
BOND on 08/24/2008 at 3:24 am Uhr
Telah Meninggal Dunia dengan tenang

BAPAK HENDRIK TINTINGON

Sabtu 23 Agustus 2008 jam 12.10
di Rumah
Jl.Kusuma Raya Blok AA no.8
Wisma Jaya
Bekasi

dikebumikan:
TPU Pondok Rangon
Minggu 24 Agustus 2008
jam 12.00

Ibadah Pelepasan
Minggu, jam 10.00


SELURUH PEMBINA, PENASEHAT, PENGURUS
PATUARIAN NE LAIKIT DIMEMBE

TURUT BERDUKA CITA
DAN KIRANYA ALMARHUM DITERIMA SISI BAPA
dan
KELUARGA (khususnya IBU YENNI dan anak anak)
senantiasa diberi KEKUATAN DAN DAMAI SEJAHTERA DARI ALLAH BAPA TUHAN KITA YESUS KRISTUS
AMIN.
 

PAGELARAN SENIBUDAYA MINAHASA
BOND on 08/12/2008 at 3:06pm (UTC)
 DENGAN SUKSES TELAH TERLAKSANA SELURUH RANGKAIAN ACARA OLEH PANPEL PAIMPULUAN NE TONSEA.


Hari Pertama : Sabtu, 9 Agustus 2008

10.00 ~ 22.00
Bazaar hasil produksi Minahasa (Makanan dan Kerajinan)

14.00 ~ 17.30
Festival Kolintang kategori Wanita dan Umum

17.30 ~ 17.40
Pagelaran musik Kolintang Group MAWAR MERAH pelatih Mauritz Tumandung

17.40 ~ 17.50
Pagelaran musik Kolintang Group (PERUMNAS) pelatih Tommy Tamburian

17.50 ~ 18.00
Pagelaran Musik Kolintang “SMA St.URSULA” pelatih Boy Makalew & Felix Luntungan

18.00 ~ 18.10
Pagelaran Musik Kolintang “Alumni St.Ursula”

18.10 ~ 18.20
Penyerahan Hadiah Pemenang Festival Kolintang

18.20 ~ 18.55
Ibadah Pelantikan Kepengurusan 2008 – 2013 PNTdipimpin pendeta Arnold Bolung

18.55 ~ 19.30
Sambutan Pembina bapak Frits Wullur

19.30 ~ 19.40
Pelantikan Kepengurusan 2008 – 2013 PNT

19.40 ~ 19.50
Sambutan Sambutan dari ibu Baby Oudang Muntuuntu

19.50 ~ 20.00
Sambutan bapak Theo Sambuaga

20.00 ~ 20.20
Gelar seni Tari Kabasaran oleh BAPONTAR pimpinan ibu Baby, arahan Welly Soputan

20.20 ~ 20.30
Pagelaran SeniMusik Kolintang PIPEBI (BANK INDONESIA)pelatih.bapak Berty Rarun

20.30 ~ 20.50
Gelar Seni Tari Maengket oleh group MATUARI TUMPAAN pimpinan.bapak Benny Mamoto

20.50 ~ 21.00
Gelar Seni Kolintang oleh Group TAMPOROK asuhan bapak Alfons Doodoh
pemain: Boy Makalew, Berty Rarun, Ambrosius Loho, Jantje Posumah, Julius Mongdong,Lexy, Felix Luntungan, Denny Mautofani, penyanyi; Martje Lengkong

21.00 ~ 21.30
Gelar Seni Musik Bambu MBK K3 asuhan Benny Tengker, Koord.Benny Kogaam

21.30 ~ 21.45
Tari Lenso oleh sanggar Dennis pimpinan ibu Lin Mamesah

21.45 ~ 22.00
Penutup Spontanitas Lagu Daerah Minahasa bpk.Ekky Kapoyos, Arnold Bolung, Jerry Logahan,Daysi Daylapasa, dll


PELAKSANAAN
Hari Kedua : Minggu, 10 Agustus 2008

08.00 ~ 22.00
Bazaar Makanan dan hasil produksi Minahasa

14.00 ~ 17.00
Gelar seni Poco Poco
juara I dari salah satu personel tim kolintang Menara Iman Duren Sawit

18.20 ~ 19.55
Lomba Dansa Khas Minahasa (pasangan)juara pasangan bpk.Gerardus Rarun dan ibu Sonya Sumanti

20.00 ~ 21.00
Pagelaran Busana PINABETENGAN dari Minahasa

21.00 ~ 20.30
Tari Tumatenden

21.30 ~ 21.35
Pagelaran Busana sesi 2

21.35 ~ 21.42
Tari Pisok

21.42 ~ 21.48
Lagu dari Dewi

21.48 ~ 21.55
Tarian Lenso Garapan

21.55 ~ 22.00
Penutupan Pagelaran oleh bapak Benny Mamoto Wakil Ketua K3


 

<- Back  1  2  3  4 Continue -> 
 
   
link  
  www.doodoh.page.tl
www.tamporok.wordpress.com
www.tonsea.blogspot.com

forum interaksi dapat melalui facebook dengan nama group : LAIKIT DIMEMBE
 
SUSUNAN PENGURUS PERIODE 2010-2013  
  Periode 2010—2013
Ketua Jorry S Koloay
Wakil Rocky Ticoalu
Sekretaris Felix Luntungan
Audy Manua
Bendahara Lady Kamil Sumampouw
Umum Julius Luntungan
Koord.Seni budaya
Boy Makalew
Denny Mautofani
Koord.Olaraga
Rommy Tuwaidan
Meidy Wullur
Koord Kerohanian
Winda Koloay Tendean
Ali Udin
Diana Hadjoh
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free